[REVIEW BUKU] Calon Arang, Kisah Perempuan Korban Patriarki






Judul Buku  : Calon Arang, Kisah Perempuan Korban Patriarki
Penulis   : Toeti Heraty
Isi           :  132 hlm
Penerbit  : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit : November 2012 ( Edisi dua bahasa)
Waktu Baca  : 1 hari
Reviewer : Rin. Muna


Buku ini merupakan prosa lirik yang ditulis oleh Toeti Heraty. Dalam karya ini, suara pengarangnya tetap seperti dahulu: mengajak bercengkerama, terkadang mengajak tersenyum, tetapi selalu mengajak berpikir.

Prosa lirik ini selesai ditulis Toeti Heraty pada Agustus 2000, menokohkan Calon Arang bukan hanya sebagai korban, tetapi terutama sebagai perempuan korban. Dengan kalimat lengkap perempuan korban patriarki, jelas sudah sang antagonisnya adalah pria, lelaki, semua makhluk manusia berlingga. Dikotomi perempuan-lelaki adalah topik utama kaum feminis: dunia ini tidak adil terhadap perempuan, karena kebudayaan dunia merupakan manifestasi penindasan lelaki terhadap perempuan – sengaja atau tidak, dunia ini menguntungkan lelaki. Seolah-olah nasib malang kaum perempuan adalah kodrat. Tidak aneh jika prosa lirik ini dipersembahkan kepada setiap perempuan yang meredam kemarahan saja. Karena proses internalisasi nilai tersebut, yang membuat pria, di sisi lain telah juga dimanfaatkan perempuan, sehingga mampu menangguk keuntungan, tidak marah, malah pasrah dan bahagia dalam ketertindasannya.

Perempuan yang mampu marah (termasuk yang mampu meredamnya) hanyalah perempuan yang sadar dan tidak setiap perempuan ( seperti juga tidak setiap lelaki) beruntung mengalami penyadaran.

Dongeng Calon Arang telah menggelitik orang-orang kreatif dari abad ke abad. Memunculkan sekian banyak versi yang mencerminkan berbagai semangat zaman dan tampil di panggung-panggung yang tak sebatas di Bali, kampung halaman kulturalnya.

Calon Arang namanya, perempuan janda ini tinggal di desa Dirah di wilayah kerajaan Daha. Kesaktiannya konon melebihi sang raja. Alkisah, kesaktian itu digunakan untuk berbuat jahat, sampai-sampai tidak ada laki-laki yang berani mendekati apalagi sampai melamar anak gadisnya yang cantik jelita bernama Ratna Manggali. Si janda teramat murka karenanya dan dengan pertolongan Durga, sang Dewi Pembinasa, ia melampiaskan amarahnya dengan menyebarkan wabah penyakit ke segenap wilayah kerajaan.
Untuk menanggulangi kuasa Calon Arang yang dipandang sebagai sihir jahat atau santet, raja meminta seorang petapa yang berdiam diri di kaki pegunungan. Baradah adalah seorang begawan yang karena keluhuran budi dan keluasan pengetahuan kerohaniannya menyandang gelar Mpu.
Empu Baradah kemudian menasehati raja agar menggunakan siasat dan muslihat agar dia dapat menguasai kesaktian Calon Arang. Diusulkannya muridnya yang paling menjanjikan bernama Empu Bahulu sebagai calon yang hendak mempersunting Ratna Manggali yang cantik jelita.
Bahula mengambil kitab ilmu sihir Calon Arang yang bernama Buku Lipyakara. Buku Lipyakara sebenarnya berisi ilmu kebaikan, hanya saja disalahgunakan oleh Calon Arang menjadi ilmu jahat yang menimbulkan ketakutan dan keresahan dalam negeri. Buku Lipyakara diambil oleh Ratna Manggali dan diberikan pada suaminya. Kemudian Empu Bahula memberikan buku tersebut pada Empu Baradah. Dengan buku Lipyakara, Empu Baradah berhasil mengalahkan kesaktian Calon Arang.

Kelebihan :
Dalam buku Calon Arang, Kisah Perempuan Korban Patriarki, Toeti Heraty selaku salah seorang penyair feminis Indonesia terdepan tak hanya memintakan perhatian pada sebab musabab dan kesia-siaan perang antarjenis. Ia juga memintakan perhatian pada ancaman terhadap kedamaian yang datang dari patriarki yang tak putusnya berupaya melemparkan kesalahan ke alamat lain. Toeti Heraty menghadirkan Calon Arang dalam sudut pandang yang berbeda.

Kekurangan:
Buku ini mengandung versi cerita yang berbeda-beda. Prosa Liriknya membuat kita berpikir untuk mengerti setiap kata yang tertulis. Sebenarnya liriknya indah, mudah untuk diingat. Pembaca bisa melihat Calon Arang dari sudut pandang yang berbeda. Ni Rangda sebagai ibu yang mencintai anaknya dan Calon Arang sebagai nenek sihir.


Author by Rin. Muna

Komentar

Postingan Populer